Menakar Prospek RDPU dan RDPT di Tengah Peningkatan Peredaran Uang
8 • Mirae Asset Sekuritas • 2 months ago ( 26 February 2025 at 02:16 )
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Januari 2025 mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi M2 pada Januari 2025 tercatat sebesar Rp9.232,8 triliun atau tumbuh sebesar 5,9% year on year (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan Desember 2024 yang sebesar 4,8% (yoy).
"Posisi M2 pada Januari 2025 tercatat sebesar Rp9.232,8 triliun atau tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,8% (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (24/2).
Ramdan menjelaskan bahwa perkembangan M2 ini didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 7,2% (yoy) serta uang kuasi yang tumbuh 2,2% (yoy). Komponen M1, yang memiliki pangsa 55,8% dari total M2, tercatat mencapai Rp5.115,0 triliun pada Januari 2025.
Secara lebih rinci, perkembangan M1 terutama didorong oleh peningkatan uang kartal di luar bank umum dan BPR, serta giro rupiah. Uang kartal yang beredar di masyarakat tercatat sebesar Rp1.010,0 triliun atau tumbuh 10,3% (yoy). Sementara giro rupiah tercatat Rp1.780,1 triliun atau tumbuh 8% (yoy), serta tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu mencapai Rp2.364,9 triliun atau tumbuh 5,5% (yoy).
Di sisi lain, uang kuasi yang memiliki pangsa 43% dari total M2 tercatat sebesar Rp3.970,6 triliun. Berdasarkan komponen uang kuasi, simpanan berjangka tumbuh 2,6% (yoy), tabungan lainnya naik 3% (yoy), dan giro valas meningkat 0,3% (yoy).
Dampak ke Reksa Dana
Peningkatan likuiditas ekonomi dapat berdampak positif bagi reksa dana, terutama pasar uang dan pendapatan tetap. Dengan lebih banyak uang beredar, investor memiliki dana lebih untuk diinvestasikan. Reksa dana pasar uang bisa mendapat imbal hasil lebih baik jika suku bunga simpanan naik, sementara reksa dana pendapatan tetap bisa diuntungkan jika harga obligasi meningkat.
Reksa dana saham juga berpotensi naik jika likuiditas tinggi mendorong aliran dana ke pasar modal. Namun, jika pertumbuhan uang beredar tidak diimbangi dengan ekonomi yang stabil, risiko inflasi bisa muncul. Inflasi yang tinggi dapat menekan daya beli dan memengaruhi pasar saham serta obligasi.
Jika inflasi meningkat, BI bisa menaikkan suku bunga, yang berisiko menekan harga obligasi dan reksa dana pendapatan tetap. Meskipun pertumbuhan M2 umumnya mendukung pasar keuangan, investor tetap perlu mencermati kebijakan suku bunga dan kondisi ekonomi sebelum berinvestasi.
Sebagai referensi, berikut adalah produk reksa dana yang mencatatkan kinerja terbaik di aplikasi NAVI, platform marketplace milik Mirae Asset Sekuritas Indonesia berdasarkan pantauan Selasa, 25 Februari 2025.
Reksa Dana Pendapatan Tetap
- I-Hajj Syariah Fund: +0,81% (1 bln); +2,03% (3bln); +4,40% (6 bln); +7,83% (1 thn)
- Kisi Fixed Income Fund Plus: +0,60% (1 bln); +1,84% (3bln); +3,88% (6 bln); +7,71% (1 thn)
- Insight Renewable Fund: +0,60% (1 bln); +1,97% (3bln); +4,12% (6 bln); +7,52% (1 thn)
Reksa Dana Pasar Uang
- Insight Money: +0,47% (1 bln); +1,43% (3bln); +2,96% (6 bln); +6,12% (1 thn)
- Capital Money Market Fund: +0,51% (1 bln); +1,55% (3bln); +3,03% (6 bln); +6,00% (1 thn)
- Insight Money Syariah: +0,46% (1 bln); +1,47% (3bln); +2,95% (6 bln); +5,92% (1 thn)
Penulis: DMI/Mirae Asset Sekuritas
Market Mover
Code | Last | Chg % | Vol |
---|