Trading Halt: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Pasar saham dikenal dengan fluktuasi harga yang cepat dan tidak terduga. Dalam situasi tertentu, pergerakan harga yang terlalu ekstrem dapat menimbulkan kepanikan di kalangan investor. Untuk mengatasi hal ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki kebijakan yang dikenal sebagai trading halt. Mekanisme ini bertujuan untuk menghentikan sementara aktivitas perdagangan guna menjaga stabilitas pasar.

Dalam beberapa tahun terakhir, trading halt menjadi sorotan, terutama ketika terjadi gejolak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Di artikel ini Fima akan membahas secara mendalam pengertian trading halt, penyebab diberlakukannya, dampak terhadap pasar saham, serta contoh kasus yang pernah terjadi di Indonesia dan dunia.

Memahami Apa Itu Trading Halt dan Aturannya di Indonesia 

Trading halt merupakan penghentian sementara aktivitas perdagangan saham di bursa efek akibat penurunan indeks dalam batas tertentu atau adanya peristiwa khusus yang berpotensi mengganggu pasar.

Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah penurunan harga saham secara drastis dan memberi waktu bagi investor untuk menganalisis situasi sebelum melakukan transaksi lebih lanjut.

Bagaimana dengan aturannya di Indonesia? di Indonesia sendiri melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menetapkan aturan mengenai trading halt berdasarkan Surat Perintah Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A OJK Nomor S-274/PM.21/2020. Berikut adalah ketentuannya:

  • Penghentian perdagangan selama 30 menit jika IHSG turun lebih dari 5% dalam sehari.
  • Penghentian tambahan 30 menit jika IHSG turun lebih dari 10%.
  • Trading suspend (penghentian lebih lama) jika IHSG turun lebih dari 15%.

Penyebab Trading Halt Terjadi

Sumber: umsu.ac.id

Lalu apa saja penyebab terjadinya trading halt? Mari kita pelajari dari ulasan berikut:

Penurunan Drastis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Trading halt sering terjadi ketika pasar mengalami kejatuhan yang signifikan dalam waktu singkat. Contohnya, pada 18 Maret 2025, IHSG anjlok 5,02% ke level 5.146, menyebabkan perdagangan dihentikan sementara.

Krisis Ekonomi Global

Kondisi ekonomi dunia yang tidak stabil dapat berdampak pada pasar saham domestik.

Misalnya, pada Maret 2020, saat pandemi Covid-19 mulai menyebar, indeks saham di seluruh dunia mengalami tekanan berat. Investor melakukan aksi jual besar-besaran, menyebabkan IHSG turun ke level 3.937,63, titik terendah sejak 2012.

Sentimen Negatif di Pasar Saham

Berbagai faktor eksternal seperti ketidakstabilan politik, lonjakan inflasi, suku bunga tinggi, atau konflik geopolitik dapat memicu kepanikan investor.

Saat ketidakpastian meningkat, investor cenderung menarik dananya dari saham dan beralih ke aset yang lebih aman seperti obligasi atau emas.

Volatilitas Harga Saham yang Terlalu Tinggi

Jika ada saham tertentu yang mengalami kenaikan atau penurunan harga secara ekstrem dalam waktu singkat, bursa efek dapat menerapkan trading halt untuk mencegah manipulasi pasar.

Contoh kasus terjadi di NASDAQ dan NYSE pada 9 November 2020, ketika saham Aptevo Therapeutics dan Envista Holdings Corporation mengalami pergerakan harga yang terlalu liar.

Dampak Trading Halt bagi Pasar Saham

Tentu saja trading halt ini memberikan dampak signifikan terhadap pasar saham baik positif dan juga negatif, beberapa dampaknya yaitu:

Memberi Waktu bagi Investor untuk Menyesuaikan Strategi

Penghentian perdagangan sementara memungkinkan investor untuk menganalisis situasi dan menghindari keputusan emosional yang dapat merugikan mereka.

Mencegah Panic Selling Berlebihan

Ketika harga saham turun tajam dalam waktu singkat, banyak investor yang panik dan menjual saham mereka dengan harga rendah. Trading halt membantu mengurangi aksi jual yang tidak rasional dan mencegah harga saham jatuh lebih dalam.

Menjaga Stabilitas Pasar Saham

Bursa efek menggunakan trading halt sebagai alat stabilisasi agar perdagangan tetap berlangsung secara tertib, adil, dan efisien. Dengan adanya kebijakan ini, pasar dapat menghindari gejolak harga yang ekstrem.

Menimbulkan Ketidakpastian bagi Investor

Meskipun bertujuan baik, trading halt juga dapat menimbulkan ketidakpastian di kalangan pelaku pasar. Investor mungkin merasa ragu untuk kembali berinvestasi karena khawatir penghentian perdagangan akan terjadi lagi di masa depan.

Sejarah Trading Halt di Indonesia yaitu Pada Pandemi Covid -19

Pada tahun 2020, BEI menghentikan perdagangan sebanyak 7 kali akibat penurunan IHSG yang drastis. Berikut adalah beberapa tanggal penting:

  • 9 Maret 2020: IHSG turun 6,58% ke level 5.136,81.
  • 12 Maret 2020: Anjlok 5,01%.
  • 17 Maret 2020: Koreksi 4,99%.
  • 19 Maret 2020: Merosot 5,20%.
  • 23 Maret 2020: Turun 4,90%.
  • 10 September 2020: Jatuh 5,01%.
  • 16 Maret 2020: IHSG terkoreksi 4,42%.

Upaya Pemulihan Pasar Saham

Untuk mengatasi krisis yang melanda pasar saham akibat pandemi Covid-19, Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan berbagai kebijakan relaksasi guna menstabilkan pasar dan mengurangi volatilitas berlebihan. Beberapa langkah yang diambil antara lain:

  • Pelarangan Short Selling: BEI melarang transaksi short selling untuk mencegah aksi spekulasi yang dapat mempercepat penurunan harga saham.
  • Perubahan Batas Auto Rejection: Batas penurunan harga saham dalam satu sesi diperketat agar harga tidak anjlok terlalu dalam secara tiba-tiba.
  • Penyesuaian Mekanisme Pre-Opening: BEI memperbarui sistem pre-opening untuk menjaga keseimbangan harga saham sejak awal perdagangan.

Langkah-langkah ini membantu menahan kepanikan investor dan menjaga stabilitas IHSG. Berkat kebijakan relaksasi serta stimulus ekonomi dari pemerintah, IHSG berhasil pulih ke level 5.979,07 pada akhir 2020, menandai pemulihan signifikan dari keterpurukan pasar akibat pandemi.

Bagaimana Investor Bisa Menghadapi Trading Halt?

Ketika trading halt terjadi, investor perlu memiliki strategi yang matang agar tidak panik dan bisa mengambil keputusan terbaik. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Tetap Tenang dan Analisis Situasi: Jangan terburu-buru mengambil keputusan saat perdagangan dilanjutkan. Selalu evaluasi penyebab trading halt—apakah karena faktor teknis, sentimen pasar, atau krisis ekonomi.
  • Periksa Portofolio dan Diversifikasi Investasi: Pastikan portofolio tidak terlalu bergantung pada satu jenis saham atau sektor tertentu. Anda bisa melakukan diversifikasi ke aset lain seperti emas, obligasi, atau reksa dana untuk mengurangi risiko.
  • Pantau Berita dan Keputusan Regulator: Trading halt sering kali disertai kebijakan atau pengumuman penting dari otoritas keuangan. Jadi, selalu perhatikan berita terbaru untuk memahami arah pasar setelah perdagangan kembali dibuka.
  • Gunakan Stop Loss dan Take Profit: Tetapkan batas kerugian (stop loss) dan target keuntungan (take profit) agar tetap disiplin dalam investasi.
  • Hindari Keputusan Emosional: Setelah trading halt berakhir, volatilitas pasar bisa tinggi. Jadi, Anda jangan terburu-buru membeli atau menjual saham tanpa analisis yang matang.

Pakai M-STOCK untuk Kemudahan Investasi Saham Anda

Dengan M-STOCK by Mirae Asset, investasi saham menjadi lebih mudah dan terjangkau untuk semua orang! Aplikasi kami dirancang untuk membantu Anda mengelola portofolio saham dengan cepat dan efisien. Dapatkan akses real-time ke data pasar, analisis mendalam, dan berbagai fitur canggih yang akan memandu keputusan investasi Anda. Klik gambar di bawah untuk download aplikasinya.

Lakukan Riset Saham Secara Mendalam dan Efektif

Sebelum Anda investasi saham, maka penting untuk Anda melakukan riset terkait saham yang hendak Anda invest. Untuk memudahkan riset Anda bisa menggunakan fitur riset saham dari fima.co.id yang merupakan bagian dari Mirae Asset. Klik gambar di bawah ini untuk melakukan riset sekarang juga.


Penutup 

Trading halt merupakan mekanisme penting dalam perdagangan saham yang bertujuan untuk mencegah kepanikan pasar dan menjaga stabilitas harga. Kebijakan ini sering diterapkan dalam situasi krisis ekonomi atau ketika terjadi pergerakan harga saham yang ekstrem.

Di Indonesia, trading halt beberapa kali terjadi, terutama saat pandemi Covid-19 pada 2020, ketika IHSG mengalami kejatuhan beruntun. Meskipun memiliki manfaat dalam mencegah anjloknya harga saham, kebijakan ini juga bisa menimbulkan ketidakpastian bagi investor.

Ke depan, peran regulasi yang tepat dan kebijakan ekonomi yang stabil sangat penting untuk menjaga keseimbangan pasar saham. Investor pun perlu memahami konsep trading halt agar dapat mengambil keputusan investasi dengan lebih bijak di tengah volatilitas pasar. Semoga artikel ini bermanfaat ya.


  • Sumber data: CNBC Indonesia
  • Sumber gambar utama: bloombergtechnoz.com

Leave a Comment

FIMA Stock Pick